Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label #pakpolisiblog

Aku Capek

Hari ini nyaris tanpa sela untuk beristirahat. Jalan kesana kemari. Menyelesaikan ini itu. Dan ini, kusempatkan untuk menulis pakpolisiblog di penghujung Ramadhan. Sedih, pakpolisilog ditutup dengan tulisan sesingkat dan seabsurd ini. Aku sudah capek. Benar-benar capek. Allaahu akbar.. Allaahu akbar.. Allaahu akbar..... Laa - ilaaha - illallaahu wallaahu akbar. Allaahu akbar walillaahil - hamd. Gema takbir sudah berkumandang. Sudah dulu ya, aku mau menyelesaikan tugas lain. 16 Juli 2015/ 29 Ramadhan 1436 H

Misi Selesai

Bayangkan, satu ruangan berukuran 3 x 5 meter itu penuh anak kecil. Rata-rata mereka adalah pelajar sekolah dasar. Mereka sibuk dengan urusan masing-masing. Ada yang ngobrol, ketawa ketiwi sampai-sampai tokek pun muat masuk mulut mereka. Aku hanya prihatin. Mbak Tini, selagi guru ngaji mengambil nafas, lalu mengumpulkan tenaga. Berbicara dengan suara keras sambil langkah kaki menghampiri anak-anak yang ramai. Mengangkat telunjuk untuk diletakkan di hidung dan bibir. Mengisyarat kan untuk diam. Aline, anak kecil yang periang sedari tadi belum bisa berhenti ngobrol. Ia juga belajar di SDku dulu. Suasana kian ramai setelah semua anak kecil berkumpul. Selesai dari jalan-jalan mengitari kampung. Sebagai ganti acaramengaji hari ini. Ide bagus, agar anak-anak tak jenuh. ***                                                   Sosok seorang laki-laki tiba-tiba hadir di sampingku agak jauh. “Dek, ada yang masih inget juara lomba hafalan surat siapa?” “???. Apa mas?” “Dek, ada yang

Bukannya Aku Tak Ingat

Sampai saat ini, aku masih belum ngitung. Ngitung postingan #pakpolisiblog yang kutinggalkan tanpa alasan. Eitttss, tunggu dulu. Aku sudah menemukan alasannya. Malas. Sesederhana sekali satu kata itu. Tapi, dampaknya jangan ditanya lagi. Awal-awal Bulan Ramadhan motivasi segedhe gunung. Pasang ikat kepala kenceng-kenceng lalu teriak. “Pakpolisiblog kali ini gak boleh bolong”. Sampai-sampai, setelah tarawih dengan mata setengah terpejam menyalakan mesin motor lalu pergi ke warnet. Ngomplitin postingan. Kalau mengingat kejadian itu, aku terharu akan perjuanganku, wkaaka. Semakin lama semangat perjuangan ngomplitin postingan berkurang. Kini slogan penyemangat sudah dipandang tulisan biasa. Tengah Ramadhan, ikat kepala semakin kendor. Ada-ada hal apa saja yang selalu sukses untuk ngosongin Pakpolisiblog. Tarawih,kecapaian, lalu tidur sebentar. Berfikir, badan akan seger lagi setelah tidur, tapi endingnya malah kebablasan. Dasarrr!!! Kota Pelajar, 14 Juli 2015/ 27 Ramadhan

Malaikat Kecil

Di hari pagi yang cerah, aku melangkahkan kakiku. Sekedar jalan-jalan untuk melepaskan belenggu apapun di rumah. Aku bosan melihat setumpuk buku, pulpen yang berserakan, dan tentu pula kertas yang berantakan. Mataku pun begitu. Jenuh menatap layar berjam-jam, melihat tut tut keyboard ataupun memakai kacamata. Kini, rasa jenuh sukses menguasaiku. Kini aku sampai di sebuah jembatan sungai tengah desa. Duduk menyendiri. Sedang disana anak kecil nampak bermain bersama teman-temannya. Kuperhatikan mereka dari kejauhan. Anak kecil, tawa dan riang adalah dua hal yang tak terpisahkan. Mereka berlari, jatuh kemudian. Menangis tersedu sekejap. Lalu bangkit lagi. Dan itu adalah sebuah pembelajaran buatku. Ketika gagal, jatuh sebentar, lalu bangkit kemudian. Aku menyukai anak kecil. Tak tahan rasanya melihat sisi kelucuan yang begitu polosnya tanpa mencubit gemas pipinya. Kurang afdhol. Melihatku duduk sendirian, mereka menghampiriku. Kuajak mereka ke tepi sawah. Mengambil bunga liar yang

Nata #2

*** “Berapa gram Wan?” Aku hanya meyakinkan diriku Ridwan tak salah takaran. “Nol koma empat” “Sip. Gulanya berapa gram?” “40 gram. Benar kan?” “Bener, sini cepat keburu mendidih ini air kelapanya.” Aku mengecilkan nyala kompor. Ridwan memasukkan ZA lalu gula pasir. Aku mengaduknya. Tak lama kemudian air kelapa mendidih. Kumatikan kompor lalu mengangkat panci email ke meja praktikum. “Udah dingin belum sih mbak?” Tanya Syuaib tidak sabar. “Yaelah Eb, baru aja dua menit yang lalu. Tolong tuangin Asam Asetat Glasialnya” “Sepuluh mililiter kan?” “Iya” Aku menjawab singkat. “Oke” Tanpa banyak bicara Syuaib langsung bertindak. “Ih bau apa sih ini. Kecut banget” Ridwan mundur beberapa langkah sambil mengibas-ngibaskan tangannya didekat hidung. “Itu Asam Asetatnya” Aku menunjuk botol berwarna gelap yang cukup besar. Aku menghindar beberapa langkah sambil menutup hidungku dengan jas lab. “Apalagi aku yang nuanginnya. Bau banget ni mbk. Yah pantesan, konsentrasi