Langsung ke konten utama

Mencuatnya Kasus KDRT di Media Sosial

Maraknya kasus KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga) di media sosial kembali mencuat. Malahan ramai kasusnya ditambah dengan rekaman video yang terekam oleh CCTV. Dalam hati saya hanya membatin "Kok tegel-tegele kui. Umpama aku sek dadi korbane wes tak gawekne larutan teh HCN (Asam sianida) kui sek lanang." Hahhahaa. Kata orang, aku ini sungguh psikopat. Katanya sih. Aslinya tidak.

Hal ini tentu saja membuat gadis-gadis netizen di Indonesia menjadi takut untuk menikah. Trend Marriage is Scary menjadi trending topik akhir-akhir ini. Apalagi semakin digoreng dengan akun-akun yang haus atensi dari netizen. Tentu saja creator video sosmed tidak menyia-nyiakan momentum ini untuk trending ataupun fyp.

Nah bagaimana dengan nasib gadis netizen di Indonesia ini? Tentu saja takut. Salah satunya yang takut itu adalah aku sendiri. Gadis asal Bantul dengan umur lebih dari 25 tahun dan belum menikah. Ditambah lagi dengan tumbuh di lingkungan yang tidak support untuk menjadi keluarga cemara.

Walaupun itu bukan orangtua saya sendiri yang menjadi pelakunya. Namun, kejadian KDRT itu jelas terekam oleh aku sejak kecil. Dimana ada pepatah  "Belajar di waktu kecil bagai mengukir di atas batu, belajar sesudah dewasa bagai melukis di atas air." Sampai gedhe pun aku tidak bisa melupakan kasus KDRT yang terjadi di lingkunganku sendiri. Lain hal nya kalau sudah gedhe begini. Cepet banget lupanya.



Aku mengungkapkan keresahan tersebut pada seseorang yang jauh di sana. Sebuah skrinsutan dari hapenya mendarat via wa. Begini kira-kira,

"Banyaknya kasus KDRT, perselingkuhan, perceraian di luar sana semoga tidak menjadi sebab engkau menjadi takut untuk menikah. Percayalah masih ada pria baik di muka bumi ini. Kuncinya banyakin do'a..minta sama Allah agar dipertemukan dengan yang baik agamanya, baik aqidah juga baik akhlaknya.

Lelaki yang kalau dia benar-benar takut kepada Allah, jangankan untuk memukulimu, berkata kasar saja ia tak berani. Mana sanggup ia menyakiti perempuan yang menjadi ibu dari anak-anaknya. Sementara ia juga anak yang dilahirkan dari rahim seorang perempuan,"

Lalu ku jawab dong

"Perspektif bagus kalau yang baca udah punya trauma sejak lama wkwk." Sungguh ketus sekali ya jawabanku. Tanpa apresiasi sedikitpun. 

Aslinya akupun juga pengen menghilangkan perspektif yang kurang pas dari dalam otakku. Tapi kok rasane uangelll tenan. 

Mungkin aku hanya butuh waktu dengan pemahaman yang benar saja. Tidak perlu terburu-buru untuk menyembuhkan luka lama. 

Artikel ini adalah bagian dari latihan komunitas LFI supported by BRI.



Bantul 24 Agustus 2024

12:20 WIB

Komentar