Entah bagaimana
ini awalnya terjadi. Semuanya terjadi begitu saja. Ingatanku hanya mentok
sampai SMP saja. Kurang dari itu aku sudah tidak ingat apa-apa lagi. Pagi
harinya aku terbangun dengan wajah kaget. Aku mulai mengatur napasku
pelan-pelan. Aku melihat sekelilingku. Ternyata masih di rumah. Mimpiku
berlatarkan sekolah. Agar tidak terlambat aku segera merapikan bantal dan
selimutku. Mengambil handuk lalu lari ke kamar mandi.
Saat di kamar
mandi aku masih bingung. Pikiranku hanya tertuju pada suatu kejadian. Kejadian
di alam mimpi. Ah udahlah itu hanya mimpi saja. Lantas setelah siap semuanya
aku berangkat sekolah diantar bapak. Jegleerrr. Baru aja turun dari motor
kejadian itu terpampang nyata di depan mataku. Mataku hanya terbelalak begitu
saja.
Aku tidak pernah
menghitung berapa mimpi yang jadi bunga tidurku jadi kenyataan. Aku melewatkan
begitu saja. Tidak kutulis. Hanya beberapa mimpi yang benar-benar jadi nyata yang
aku ingat sampai saat ini. Selain itu terbawa angin.
Belum lama ini
aku memimpikan sesuatu. Di dalam mimpi itu aku berlari kencang menjauh dari
acara. Aku menangis kencang sambil berlari. Untungnya pagi datang. Aku
terbangun dengan mata basah. Aku benar-benar menangis dalam mimpi. Ketika
mataku terbuka, rasa sesak di dada masih begitu terasa. Rasa-rasanya aku ingin
menangis sepuasnya setelah terbangun dan kembali ke alam nyata.
Badanku kehilangan
dayanya. Mimpi berlarian sambil menangis ternyata menguras begitu banyak energi
di kehidupan nyata. Aku hanya termenung saja memandangi langit-langit kamar.
Mengambil minum beberapa teguk yang terletak tidak jauh dari tempat tidurku.
Sesaknya masih terasa hingga beberapa hari lamanya. Kabar buruknya mimpi itu
datang kembali.
Mataku basah
kembali. Hari-hariku kujalani dengan tidak semangat. Mimpi itu berturut-turut
membayangiku. Aku harap mimpi itu tidak terjadi di dunia nyata yang semakin
menambah sesak di dada. Yang membuatku semakin tidak berdaya walaupun jam tidur
nyatanya cukup. Cukup membuat mataku basah dan sembab pagi hari setelah mimpi
itu hadir kembali.
Bantul, 30
Desember 2022
21:46 WIB
Deja vu?
BalasHapusiya kak hehe, sering banget deja vu :D
Hapus