Senin sore tanggal 21 November 2022.
Aku sedang
rebahan di kasur. Suara aneh grasak-grusuk terdengar dari sebelah utara. Aku
menengok ke arah utara. Seorang anak kecil dengan rambut keriting sedang
dikuncir dua. Ia tertawa kepadaku. Langsung kembali lari ke arah timur. Haha.
Ia adalah
Salma. Keponakanku yang usianya empat tahun kemarin Agustus. Aku mengejarnya
kemudian. Di pintu rumah paling timur ia melihatku kemudian lari ke teras.
Tidak lama
kemudian dia mulai mendekatiku yang tidak memakai kerudung. Kedua matanya
berkaca-kaca namun wajahnya nampak sumringah.
“Bulek, Om
Ima jahat.” Salma memulai intro pembicaraan yang sangat dramatis.
Aku tertawa.
“Salma habis
nangis?” Tanyaku kemudian.
“Iya. Om Ima
jahat. Teman-temannya main ke rumah…ta..ta..pi mainnya di dalam kamar. Kan aku
bi..lang mainnya di luar kamar aja. Trus aku nggak boleh masuk kamarnya.” Jawab
Salma dengan nada putus-putus sambil berpikir keras untuk merangkai ceritanya
untuk diceritakan kepadaku.
Aku cuma
tersenyum. Lucu juga ternyata kalau anak kecil mengadu ke buleknya.
Tak lama
kemudian kami ke minimarket sebelah rumah yang jaraknya 150 meter doang
menggunakan sepeda motor. Sepanjang jalan itu juga dia ngoceh.
“Bulek kok
nggak belok kiri?” Tanyanya antusias.
“Kalau ke
kiri lebih jauh jalannya.”
Kami
melewati rumah dengan patung di atas pagar beton.
“Bulekkkk.
Ada patung gundul.” Salma menunjuk ke arah patung sambil tertawa keras di atas
motor.
“Bulekkk, itu
motornya siapa?” Tanyanya lagi ketika melihat motor dinas tentara parkir di dekat
jalan.
Haduh.
Ternyata menjawab pertanyaan anak kecil membutuhkan tenaga yang besar.
“Bulek itu
sungainya ada buayanya enggak?”
“Yo enggak.”
“Adaa yoo.
Buayanya enggak kelihatan.” Kilahnya.
Bocah
keriting yang satu ini saking seneng karena mau jajan bersamaku. Wajahnya
sangat antusias. Banyak bertanya ini itu. Juga bercerita banyak ini itu. Salut juga
untuk guru PAUD yang memiliki anak didik lebih dari satu per kelasnya. Angkat
topi setinggi-tingginya untuk mereka karena mengurus anak kecil itu membutuhkan
tenaga yang sangat besar. Membuat energiku drop seketika.
Ketika
sampai di minimarket, Salma menarik tanganku.
“Kesini Bulekk.”
Dia langsung
antusias mengambil jajanan. Dari rumahku sudah dipesan oleh ayahnya kalau tidak
boleh jajan chiki, permen, dan es krim.
Salma mau
membuka kardus yang masih diselotip.
“Ambil ini aja
yang udah dibuka.” Kataku.
Ia langsung
mengambil roti kering dalam kemasan. Lalu ambil nyam-nyam dan berkata,
“Ambil apa
lagi ya..”
Aku
mendengarnya sambil ketawa.
Usai
mengambil jajanan, kita berjalan menuju arah kasir. Aku bertanya sama Salma.
“Naik
odong-odong enggak?”
Matanya sangat
berbinar.
“Naik
bulekk.”
Dua koin
sudah digenggamnya. Naik odong-odong dengan desain tank.
“Ini bentuk
apa Bulek?”
“Bentuknya
tank.”
“Kalau ini?”
“Itu
helikopter.”
“Kalau yang
ini?”
“Itu juga
tank.”
“Berarti
yang ini tank yang itu juga tank. Sama ya Bulek namanya.”
Aku hanya
mengangguk.
Salma sangat
bahagia terpancar dari matanya dan senyumnya. Walaupun sudah dipesan oleh
ayahnya untuk tidak naik odong-odong karena tubuhnya yang kian besar. Tapi aku
tahu. Jauh di lubuk hatinya ia masih ingin naik odong-odong. Naiklah
odong-odong kalau jajan sama Bulek Tya~
Bantul, 24 November
2022
14:23 WIB
"Haduh. Ternyata menjawab pertanyaan anak kecil membutuhkan tenaga yang besar." Can relate, haha. Kadang bukan besar lagi, tapi superrr besarrrr :D
BalasHapuswkwk iya kak, mindblowing pokoknya kalau nanya-nanya haha
HapusJadi inget keponakan euy. Kadang bingung jawabnya kalo udah tanya yang aneh-aneh.....
BalasHapuspertanyaannya kadang mindblowing :D
Hapus