Jumat, 25 November 2022.
Pukul empat sore Waktu Indonesia Bagian Barat.
Hujan semenjak pukul tiga sore ini semakin deras saja. Sekitar
pukul empat masih deras juga. Aku memutuskan untuk masih tetap di kantor bersama
teman-teman yang menunggu hujan agak rega.
Sensasi pijitan di punggung tangan sangat terasa sekali
ketika rintikan air yang jatuh dari sekian ratus meter di atas tanah menghantam
bumi. Apalagi jika frekuensinya sangat sering alias deras sekali.
Klap. Listrik mati.
Pukul setengah lima lebih lima belas menit akhirnya hujan
agak reda. Aku segera mengambil jas hujan berwarna hitam di jok motor kemudian
pulang dengan kecepatan sedang. Takut khilaf dan tidak bisa mengendalikan motor
di atas aspal yang licin terkena air.
Suasana menjadi tidak enak tatkala genangan air semakin
meninggi. Air hujan yang tergenang berwarna coklat. Aku jadi tidak bisa
membedakan mana jalan yang ada kubangannya maupun tidak karena nampak sama
semua. Berwarna coklat.
Genangan air menyentuh tinggi sekitar 20 cm. Motorku hanya
berada di gigi satu saja. Aliran deras air dari arah utara ke selatan agak
mengganggu keseimbanganku. Apalagi dari arah berlawanan berupa truk, bus,
maupun kendaraan roda empat lainnya kadang tak punya empati. Melaju kencang. Ombak
genangan semakin kuat menghantam kendaraan di sekitarnya.
Lolos dari genangan pertama ternyata masih ada halangan dua
genangan lagi menanti di sepanjang Jalan Wonosari. Sungai berarus deras dadakan
terbentuk di dekat plang SMP 1 Piyungan disusul di depan gedung Kalurahan
Srimulyo. Tidak hanya berhenti sampai disitu saja. Aku harus menarik napas panjang
di perempatan Kids Fun.
Genangan air di jalan sebelah selatan menyentuh tinggi 22
cm. Aku melajukan motorku untuk berada di lajur kanan. Ditambah suasana lampu
lalu lintas yang mati. Tidak ada polisi lalu lintas yang mengatur jalanan. Hanya
ada beberapa sukarelawan yang mengatur. Namun dari keempat arah tersebut tidak
ada yang mau mengalah. Hingga terjadilah kemacetan panjang dari arah selatan
maupun utara Jalan Wonosari. Apalagi dari arah utara yang mau ke selatan menuju
Bukit Bintang. Antrian kendaraan sekitar tiga ratus meter lebih. Macetnyapun sampai Jogja TV. Weleh-weleh.
Aku kemudian menepikan motorku di SPBU Singosaren. Antrian
pertalite membuatku pusing saja. Aku kemudian mengambil jalur pertamax agar
segera kembali pulang. Jalanan ringroad semakin lama semakin gelap menuju waktu
Maghrib.
Mataku yang minus dua dikombinasikan dengan hujan serta
kondisi lingkungan yang gelap, apalagi ada sorot lampu kendaraan yang sangat
terang dari arah lawan maupun searah. Membuatku ingin menangis saja di tepi
jalan.
Bantul, 25 November 2022
23: 05 WIB
Komentar
Posting Komentar