Tahun 2021 menjadi tahun terakhirku untuk menempuh pendidikan S1. Pada Bulan Agustus 2020-Februari 2021 aku menjalani kehidupan sebagai mahasiswa akhir semester 7. Berat namun harus tetap dijalani. Ujian kesabaran dan ketahanan mental terlalu banyak diuji disini. Aku hanya mengambil 19 SKS saja. 5 SKS skripsi dan 14 SKS mata kuliah wajib dan pilihan. Jadi, total SKS yang aku ambil selama menempuh pendidikan S1 adalah 148 SKS. Sedangkan, syarat kelulusan pendidikan S1 adalah 144 SKS. Melebihkan 4 SKS untuk jaga-jaga konversi SKS.
Macam-macam ujian di tahun 2021 adalah:
1. Seminar Hasil Penelitian (semhas penelitian)
Salah satu pertanyaan yang membagongkan di semester akhir adalah "KAPAN SIDANG?". Sungguh ini sangat menyebalkan sekali. Bergulat dengan mencari rujukan penelitian yang sungguh sangat susah. Di google schoolar maupun jurnal yang lainnya. Masih ditempa dengan pertanyaan KAPANNN. Mana nggak bantuin pula. Ini adalah hal paling menyesakkan di semester akhir.
Saat teman-teman lain sudah semhas, rasa insecure pun menanjak tinggi. Ya Allah kapan aku semhas juga. Namun, bagiku itu malah menjadi pelecut. Pembahasan skripsiku meningkat drastis semenjak melihat teman-teman lain semhas.
Aku mendapat jadwal semhas pada tanggal 28 Januari 2021. Tepat di Hari Kamis jam 10.00 WIB. Pada hari itu juga teman asdosku yakni Tri sidang. Aku semhas, Tri sidang. Semhasku kali ini diwarnai drama sesaat. Aku muntah-muntah sebelum semhas. Makan cuma sedikit lalu muntah. Seusai muntah aku minum. Lalu muntah lagi hingga tak tersisa makanan ataupun minuman di lambung. Lambungku benar-benar kosong. Rasanya? Tentu sungguh nikmat sekali. Air mata mengalir begitu saja. Aku lemas. Mulutku pahit. Tak berdaya. Usai semhas tentu saja aku 'dibantai' oleh dosen di depan teman-teman yang hadir secara online di google meet. Wajahku pun dikenali kalau aku habis nangis. Nangis otomatis karena habis muntah.
2. Ujian skripsi alias sidang
Setelah pertanyaan kapan semhas muncullah pertanyaan kapan sidang? Rasanya? Nano nano sekali. Belum revisian setelah semhas digeruduk pertanyaan kapan sidang. Heuhhh. Mantap. Nampol sekali. Tepat di ulu jantung. Sungguh nyeri sekali.
Aku sidang pada tanggal 02 Februari 2021 di Hari Selasa jam 15.30 WIB-17.00 WIB. Satu setengah jam yang sangat membagongkan. Aku diberi kesempatan maksimal 15 menit presentasi melalui zoom karena pandemi. Kemudian 'dibantai'. Setelah sidang? Rasanya hampa. Oh gini rasanya setelah sidang. Biasa aja. Tidak terlalu senang ataupun sedih. Mengalir saja. Kemudian foto dengan Lina teman sekelas yang ujiannya sama denganku. Lina ujian di sekre BEM aku di sekre hima dengan laptop Dian. Makasih banyak Yannnn. Seusai sidang mendapatkan kado dari teman-teman seangkatan maupun adek kelas. Foto di depan fakultas dan tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 17.30 WIB. Saatnya pulang karena ruangan mau dikunci oleh pak satpam.
3. Melengkapi berkas persyaratan yudisium
Dengan waktu yang sangat mepet tentu saja kita harus sekuat tenaga memanfaatkan waktu semaksimal mungkin. Mengambil gerak yang sat set das des. Mata kita disetting bak mata elang. Mengincar tanda tangan dosen yang kadang berangkat kadang enggak di kampus. Revisi secepat mungkin mengejar yudisium dan antri kayak antrean sembako di depan TU bersama prodi Agroteknologi dan Peternakan. Antrian yang sangat mengular. Melengkapi berkas dan foto yang lumayan banyak. Sudah kayak mau ndaftar tentara saja ini. Eh berkas pendaftaran tentara masih jauh lebih banyak. Perasaan yang sungguh sangat lega karena berkas kita di setujui TU.
4. Menunggu Wisuda
Karena pandemi, wisuda jadi mundur. Periode yudisium Februari seharusnya wisuda bulan April. Simpang siur kabar wisuda mulai merebak. Akhirnya wisuda jatuh pada Bulan Desember. Sepuluh bulan usai Yudisium.
5. Pertanyaan Kapan Nikah
Rasanya ingin memaki kepada setiap orang yang menanyakan hal tersebut.
"Mana pacarnya? Kok nggak pernah datang ke rumah?"
"Kalau sudah ketemu jodohnya ya langsung nikah aja. Kenapa harus menunda-nunda kan?"
"Temen-temenmu itu loh udah nikah."
Rasanya ingin aku gampar berkali-kali hingga mulutnya tak sanggup bicara lagi. Psikopat emang.
Kabupaten Bantul yang mepet dengan Kota Yogyakarta
01 Januari 2022
10.20 WIB
Selamat pagi!
Peetanyaan kapan yang takkan pernah habis😂
BalasHapusDiiringi backsound "ku menangis" 😂
HapusUjungnya yaaa nomer 5 itu. Padahal aku juga baru mau nanya itu...
BalasHapusWkwkwk, pertanyaan paling krusial sepanjang jaman yang tak lekang oleh waktu haha :D
Hapus