Jaya Waskita memang sedang dalam masa perintisan. Perkumpulan pemuda pemudi ini sempat vakum selama kira-kira lima tahunan. Entah, karena apa penyebabnya. Lama juga ya lima tahun. Satu kali jabatan presiden itu wkwk.
Padahal, saat aku memasuki bangku putih biru aku pengen sekali masuk ke dalam perkumpulan tersebut. Malah vakum. Saat vakum, kegiatan malam tirakatan sebelum tujuh belasan Agustus tetap berjalan. Disaat itu pula, pemuda yang terkenal akan ditanyai oleh Pak RT. Kampung mau ngadain lomba tidak? Jleb. Pasukannya pun entah menghilang kemana.
Sedikit demi sedikit anggota dikumpulkan. Mengadakan acara kecil yang membuat anggotanya kembali merapat. Apalagi sekarang udah ada whatsapp. Dimana undangan di posting, anggota merapat. Lebih mudah dan efisien.
Wakil ketua menanyai,
“Apakah ada program yang ada diajukan. Santai saja. Keluarkan pendapat kalian. Kami akan menampung semuanya. ”
“Berenang ”
Aku menepuk jidat. Udah berapa tahun aku nggak nyebur kolam renang. Emm sekitar enam tahunan.
“Pikinik”
Ini usulan yang mencerminkan pemuda kurang piknik alias refreshing.
“Misalnya Mas, nek kita pikinik dalam waktu dekat-dekat ini biaya nya kan mendadak. Aku nggak mau kalau kalian memberatkan orang tua. Tinggal minta pak buk. Aku nggak mau. Gimana kalau menabung dulu saja. Kira-kira sepuluh bulanan kan lumayan. Nek piknik sekalian jauh aja. Rugi. Rugi kalau piknik Cuma daerah dekat-dekat sini. Pakai motor sendiri pun bisa. Gimana bendahara, siap kah untuk mengemban amanah menyimpan uang temen-temen”
Pemuda serentak menjawab,
“Setujuuuu”
Haisss bendaharanya siapa coba. Yang ditanya siapa yang ngejawab siapa. Aku oiy bendaharanya.
“Aku usul nobar dalam rangka memperingati hari Pahlawan mas”
“Oh iya, besok kan November. Bagus bagus. Gimana kalau nobarnya di sabtu minggu kedua saat rapat bulanan?”
“Setujuuuu”
Benar-benar tidak prinsipil haha, batinku.
“Usul acara tahun baruan Mas”
“Oke disimpan”
“Usul bersih kampung”
“Oke ditampung”
“Emmm, pengajian pemuda pemudi”
“Nah, brilian”
“Olahraga bareng”
“Oke ditampung”
Aku yang semakin mengantuk semakin tidak fokus. Fokusku pulang pakai sepeda lalu sesegera mungkin langsung memeluk guling.
“Set, berangkat sekarang aja” pesan mendarat di hapeku.
Kantukku segera hilang. Misi rahasia sebentar lagi dimulai.
Padahal, saat aku memasuki bangku putih biru aku pengen sekali masuk ke dalam perkumpulan tersebut. Malah vakum. Saat vakum, kegiatan malam tirakatan sebelum tujuh belasan Agustus tetap berjalan. Disaat itu pula, pemuda yang terkenal akan ditanyai oleh Pak RT. Kampung mau ngadain lomba tidak? Jleb. Pasukannya pun entah menghilang kemana.
Sedikit demi sedikit anggota dikumpulkan. Mengadakan acara kecil yang membuat anggotanya kembali merapat. Apalagi sekarang udah ada whatsapp. Dimana undangan di posting, anggota merapat. Lebih mudah dan efisien.
Wakil ketua menanyai,
“Apakah ada program yang ada diajukan. Santai saja. Keluarkan pendapat kalian. Kami akan menampung semuanya. ”
“Berenang ”
Aku menepuk jidat. Udah berapa tahun aku nggak nyebur kolam renang. Emm sekitar enam tahunan.
“Pikinik”
Ini usulan yang mencerminkan pemuda kurang piknik alias refreshing.
“Misalnya Mas, nek kita pikinik dalam waktu dekat-dekat ini biaya nya kan mendadak. Aku nggak mau kalau kalian memberatkan orang tua. Tinggal minta pak buk. Aku nggak mau. Gimana kalau menabung dulu saja. Kira-kira sepuluh bulanan kan lumayan. Nek piknik sekalian jauh aja. Rugi. Rugi kalau piknik Cuma daerah dekat-dekat sini. Pakai motor sendiri pun bisa. Gimana bendahara, siap kah untuk mengemban amanah menyimpan uang temen-temen”
Pemuda serentak menjawab,
“Setujuuuu”
Haisss bendaharanya siapa coba. Yang ditanya siapa yang ngejawab siapa. Aku oiy bendaharanya.
“Aku usul nobar dalam rangka memperingati hari Pahlawan mas”
“Oh iya, besok kan November. Bagus bagus. Gimana kalau nobarnya di sabtu minggu kedua saat rapat bulanan?”
“Setujuuuu”
Benar-benar tidak prinsipil haha, batinku.
“Usul acara tahun baruan Mas”
“Oke disimpan”
“Usul bersih kampung”
“Oke ditampung”
“Emmm, pengajian pemuda pemudi”
“Nah, brilian”
“Olahraga bareng”
“Oke ditampung”
Aku yang semakin mengantuk semakin tidak fokus. Fokusku pulang pakai sepeda lalu sesegera mungkin langsung memeluk guling.
“Set, berangkat sekarang aja” pesan mendarat di hapeku.
Kantukku segera hilang. Misi rahasia sebentar lagi dimulai.
Komentar
Posting Komentar