Desir pasir di padang tandus
Segersang pemikiran hati
Terkisah ku diantara cinta yang rumit
Bila keyakinanku datang
Kasih bukan sekedar cinta
Pengorbanan cinta yang agung ku pertaruhkan
*ost Ayat-ayat Cinta oleh Rossa*
*ost Ayat-ayat Cinta oleh Rossa*
**
Siswa kelas satu hingga enam SD berkumpul menjadi satu di sebuah aula sekolah pagi itu. Aku saat itu masih menginjakkan kaki di kelas empat . Sembilan tahun yang lalu.
Namaku di panggil oleh salah satu guruku. Aku segera keluar dari aula dengan susah payah. Mencari celah yang kosong untuk memijakkan kaki.
"Setelah selesai acara yang ini yaa" Guruku menunjukkan susunan acara,
Aku mengangguk.
Nanti langsung Mbak Setya yang akan tampil.
Aku kembali mengangguk paham.
Aku menengok ke dalam aula lagi. Hmm, cukup banyak juga siswa yang hadir pagi ini. Aku balik badan. Duduk di kursi yang kosong.
"Udah, tenang aja"
Aku menengok ke sumber suara.
Ustadz Amru batinku.
"Anggap aja semua yang duduk itu batu. Jadi, kamu bisa lebih leluasa baca puisinya"
"Nggak bisa" ucapku lirih.
"Pasti bisa. Pasti bisa yaa" Ustadz Amru berjalan mendekatiku.
Aku mengambil nafas panjang perlahan.
"Pasti bisa yaa" Ustadz Amru menepuk perlahan bahuku.
Pagi itu, aku membacakan puisi di depan murid SD dari kelas satu hingga kelas enam dalam acara memperingati Maulid Nabi. Seragam pagi itu serempak baju muslim berwarna hijau tua dan hijau muda.
**
Senin pagi. Pukul setengah tujuh, murid kelas empat sudah ada di masjid yang satu kompleks dengan SD. Ustadz Amru duduk di tengah ruangan utama masjid. Hapenya kala itu sudah cukup canggih. Yakni touchscreen. Sembilan tahun yang lalu sudah touchscreen. Keren kan?
Temanku ada yang masih menghafal surat Al Humazah pagi itu. Aku yang memakai rok merah se lutut, kemeja putih khusus anak SD, dan berkuncir kuda, kemudian maju. Aku mengantri di belakang teman perempuanku.
Tiba saat ku untuk menyerahkan hafalan Al Humazah. Ustadz Amru hanya mengangguk-angguk saja. Setelah selesai, Ustadz Amru bilang padaku,
"Kalau kamu hafal sampai Ad Dhuha tak beliin novel Ayat-Ayat Cinta deh"
Mataku terbelalak. Novel? Buku yang tebal itu? Ustadz Amru menawariku sebuah novel? Saat itu, film Ayat-Ayat Cinta memang sedang lagi booming. Oke deh aku akan mencoba menghafal sampai Ad Dhuha.
Setiap hari Senin jadwalnya mengaji sebelum upacara bendera. Aturannya, kami kelas empat wudhu terlebih dahulu, maju ke hadapan Ustadz Amru lalu sholat Dhuha, dan kembali ke kelas. SD kami memang negeri. Aku lupa ceritanya bagaimana bisa Ustadz Amru bisa mengajar di SD kami. Beliau membenarkan panjang pendeknya membaca Al-Quran. Satu hal lagi, beliau itu hafidz. Beliau dulu pernah dijanjikan oleh ayahnya. Kalau bisa menghafal Al Quran akan dibelikan motor yang keren pada saat itu. Benar saja. Ustadz Amru merampungkan hafalan Quran dan motor tiba di tangan. Beliau ini cara berjalannya khas sekali. Tentu saja, beliau baik hati. Entah berapa orang yang dijanjikan novel, atau hanya aku saja? Hmmm, aku jadi GR saat itu.
Tiba-tiba sekali. Hari Senin itu Ustadz Amru tidak hadir. Menurut informasi dari guruku, beliau sudah pindah tugas. Lokasi yang tidak kukenali saat itu. Aku kecewa. Aku belum sempat menyelesaikan surat sampai Ad Dhuha kepada beliau. Sedih. Kenapa tidak bercerita jauh-jauh hari kalau akan pindah tugas. Tapi, sebenarnya, kenapa beliau memilihkan Ayat-Ayat Cinta? Apa di dalam novel itu bagus ceritanya? Atau pembelajarannya begitu terkesan? Dan atau-atau yang lain mengelilingi seluruh isi kepalaku.
Pada akhirnya, aku hanya mengucapkan terimakasih pada Ustadz Amru yang telah memberikan semangat saat akan membaca puisi. Kala itu, aku benar-benar grogi dan tidak yakin sekali akan kemampuanku.
Sejak saat itu aku sangat penasaran sekali dengan Novel Ayat-Ayat Cinta. Ternyata, isinya memang luar biasa sekali. Aku telah membaca novel tersebut saat menduduki bangku putih abu-abu. Terimakasih juga kepada Ustadz Amru yang telah mengenalkan kata novel untuk pertama kalinya kepada seorang gadis cilik. Gadis cilik yang selalu dikuncir satu dan bersepeda dengan sepeda kecil merahnya.
Duh ... Yang dapat novel :)
BalasHapusWaktu itu aku belum menyelesaikan sampai Ad Dhuha kak, keburu ustadz amru nya udah pindah tugas. Nah yg aku ceritain itu, aku sudah baca novel ayat-ayat cinta beberapa tahun kemudian. Duh, ceritaku belum lengkap ya...wkwk
BalasHapusTerimakasih sudah baca kak ;)