***
“Berapa gram Wan?”
Aku hanya meyakinkan diriku Ridwan tak salah takaran.
“Nol koma empat”
“Sip. Gulanya berapa
gram?”
“40 gram. Benar
kan?”
“Bener, sini cepat
keburu mendidih ini air kelapanya.” Aku mengecilkan nyala kompor. Ridwan
memasukkan ZA lalu gula pasir. Aku mengaduknya. Tak lama kemudian air kelapa
mendidih. Kumatikan kompor lalu mengangkat panci email ke meja praktikum.
“Udah dingin belum
sih mbak?” Tanya Syuaib tidak sabar.
“Yaelah Eb, baru aja
dua menit yang lalu. Tolong tuangin Asam Asetat Glasialnya”
“Sepuluh mililiter
kan?”
“Iya” Aku menjawab
singkat.
“Oke” Tanpa banyak
bicara Syuaib langsung bertindak.
“Ih bau apa sih ini.
Kecut banget” Ridwan mundur beberapa langkah sambil mengibas-ngibaskan tangannya
didekat hidung.
“Itu Asam Asetatnya”
Aku menunjuk botol berwarna gelap yang cukup besar. Aku menghindar beberapa
langkah sambil menutup hidungku dengan jas lab.
“Apalagi aku yang
nuanginnya. Bau banget ni mbk. Yah pantesan, konsentrasinya hampir seratus
persen kok” Syuaib terus berbicara meski aku dan Ridwan tak memperdulikannya.
Dua puluh menit
berlalu. Syuaib menuangkan Asam Asetat ke dalam panci email. Aku mengaduk
perlahan. Ridwan mengelap nampan dengan kapas yang dibasahi alkohol. Aku
mengambil karet dan koran. Meletakkan koran diatas nampan lalu mengencangkannya
dengan karet agar tak terlepas.
Dengan ujung nampan
yang terbuka sedikit, Ridwan mengambil corong. Aku menuangkannya perlahan.
Meminimalkan kegagalan sekecil mungkin. Menutup nampan yang terbuka.
“Eb, taruh nampan
ini di rak itu ya” Ridwan menunjuk rak di pojok ruangan.
“Loh kok aku” Syuaib
kebingungan.
“Ya gakpapalah”
Ridwan mendesak.
“Eb cepat aku mau
pulang nih. Mau ngerjain Laporan Praktikum juga. Ayo cepetan” Aku malah
ikut-ikutan mendesak Syuaib.
Tak lama kemudian,
Syuaib berjalan perlahan sekali dengan nampan di tangannya. Aku dan Ridwan
terus tertawa melihat ketegangan Syuaib. Ia terus berusaha agar cairan yang ada
di dalam nampan tidak mengenai koran yang menutup nampan. Jika menyentuh, nata
kami menjadi produk gagal.
“Luar biasa mbak,
benar-benar luar biasa. Tapi, air kelapanya tak menyentuh koran kok. Korannya
masih kering. Tenang saja, pasti natanya jadi kok”
Kubiarkan Syuaib
yang terus mengoceh. Aku sibuk, sibuk berkemas-kemas untuk pulang.
“Wan, jangan lupa besok
nuangin bakterinya ya”
“Oke siap” Ridwan
mengacungkan jempolnya.
***
30 Juli 2014
dilanjut tgl 2 Agustus 2014, 28 Agustus 2014
Komentar
Posting Komentar