Aku ingat. Saat itu adalah penghujung Ramadhan tahun
lalu. Untuk menyambut Hari Raya Idul Fitri, ibuku memasak makanan yang berbau
santan dan ayam. Opor misalnya. Juga tak
lupa teman opor yang setia yaitu ketupat.
Sebagai anak perempuan tertua tugasku kali ini lebih
berat daripada adik perempuanku. Luri. Adikku hanya mengisi beras ke dalam janur yang telah menjadi kelontong ketupat.
Sementara itu aku mendapat jatah mengulek
sambal yang satu cowek penuh itu.
Yap, itu tugas terberatku. Memang alay kedengarannya, itulah pendapat kalian
yang sering di dapur. Mengulek
sambal. Kalian tahu kan? Aku paling anti dengan memasak. Apalagi berkutat di
dunia masak memasak. Huft, enggak banget. Begitu fikirku. Aku tak dapat membayangkan
betapa pegalnya tangan dan pundakku. Tapi, melihat ibukku memasak sendirian
dengan menu sebanyak itu. Aku jadi tak tega.
Perlahan bawang putih, bawang merah kuulek sampai
lembut. Nah ini, aku paling tidak suka mengulek cabai. Susah lembutnya. Karena
kesal tidak lembut-lembut, aku sedikit marah. Kuulek bumbu dengan muka
bersungut-sungut. Ahaaaha, ternyata kekesalanku ada efek positifnya. Kekesalanku
memberikan energi yang lebih dahsyat daripada tadi. Sambal sebanyak itu
akhirnya siap.
Komentar
Posting Komentar