Hari ini cuaca cerah. Tak ada mendung sama sekali. Hari
ini masih hari pertama di Pulau Bali. Sejak berlabuh di Pelabuhan Gilimanuk,
suasana Bali memang sudah teras. Banyak pura, sesajian, dan pantai yang indah.
Banyak pula terlihat orang memakai udeng bagi laki-laki. Udeng merupakan simbol
linggayoni. Lingga yang berarti laki-laki dan yoni yang berarti perempuan.
Kalau perempuan banyak mengenakan pakaian nista. Nista merupakan pakaian adat
Bali, bagi laki-laki tidak mengenakan sarung dan bagi perempuan mengenakan
selendang. Perempuan di Pulau Bali banyak rambutnya yang dikepang ataupun
dibiarkan terurai begitu saja. Masing-masing mempunyai makna tersendiri.
Pagi itu bus melaju pelan. Arus lalu lintas pagi ini tak
terlalu ramai karena tidak bersamaan dengan anak sekolah dan orang bekerja. Aku
hanya terdiam. Kepalaku kusandarkan pada kursi didepanku. Semakin lama-semakin
mengantuk.
“Kenapa diem aja. Galau ya?” suara Bli mengagetkanku.
“Hehe, enggak papa kok Bli” Jawabku singkat.
“Gak usah mikirin pacar lho” Ucap Bli dengan nada
menggoda.
“Aku hanya terdiam, lalu membuang muka ke arah luar”
Siapa pula yang baru galau? Lha wong aku cuma
menyandarkan kepalaku kok, batinku. Lalu
Bli, menjelaskan lagi seluk beluk Pulau Bali. Aku bangun dari sandaran kursi
depanku lalu. Aku mendengarkan penjelasan Bli sambil mencatat lagi. Iya, di
buku pink ku.
Aku penasaran. Kenapa setiap pertanyaanku dengan mudah
di jawab oleh Bli. Mungkin pertanyaanku terlalu mudah. Tapi, aku udah
berkali-kali bertanya. Tak apalah. Kemudian aku mengaangkat tangan. Aku akan
menuntaskan rasa kepoku. Juga bertanya, agar Bli tak bisa menjawabnya. Hahaha
*tawajahat.
“Ya, silahkan tanya”
“Bli, apa perbedaan antara tari adat di Jogja dan di Bali? Dan apa yang
menyebabkan perbedaan tersebut?”
Sebagai anak yang pernah ikut ekstrakurikuler tari,
mungkin memang masuk akal. Kulihat Bli terdiam, mungkin berfikir.
“Kali ini, Bli belum bisa menjawab pertanyaan tersebut.
Lain kali Bli akan cari tahu jawabannya ya?”
“Yes, rencanaku berhasil. Yes yes yes” Aku berbicara
dalam hati.
***
Kali ini bus lebih lama di
jalanan daripada lompatan objek wisat tadi. Ya, di dalam bus. Kali ini aku akan
mendengarkan lebih banyak cerita tentang Pulau Bali. Memang agak membosankan.
Tapi berkat buku dan pulpen yang aku bawa, suasana lebih nyaman. Aku bebas
menuangkan pendapat, inspirasi, ide tanpa diketahui siapapun dan tanpa takut
dimarahi.
Suasana semakin lama
semakin buatku mengantuk. Tapi tidur untuk saat itu di sayangkan. Pemandangan
indah akan terlewati begitu saja karena tidur. Bli yang dari tadi bercerita,
semakin lama semakin tak kudengar. Kulihat kembali teman bagian bus belakang.
Gila, mayoritas temanku tidur semua.
“Ada yang mau tanya lagi?” tanya Bli dengan logat khas
Balinya.
Sementara itu, aku hanya
sibuk mencorat-coret bukuku. Coretan tak beraturan. Kalaupun dibandingkan
dengan anak TK pasti jauh lebih baik anak TK tersebut. Semua dalam bus terdiam.
Tak ada satu tanggapan pun dari kami. Suasana bus, sunyi.
“Oh tak ada, yaudah Bli lanjut aja ceritanya”
Cerita Bli hanya akan menjadi pengantar tidur temanku.
Bli bercerita tentang pakaian adat di Pulau Bali.
“Kalau di Pulau Bali itu ada tiga jenis pakaian adatnya.
Yaitu pakaian utama, madya, dan nista. Pakaian utama biasanya dipakai saat
upacara pernikahan. Pakaian madya itu ciri khasnya kalau yang laki-laki memakai
udeng dan sarung. Yang terakhir pakaian nista. Biasanya digunakan saat dirumah.
Pakaian nista ini memakai selendang dan tidak memakai sarung. Seperti orang
itu” Semua mata tertuju arah luar yang Bli tunjuk. Aku hanya terdiam.
“Kerudung biru mau tanya lagi????” Bli menatap mataku.
Aku merasa tidak memakai kerudung warna biru. Namun hijau. Kemudian aku menoleh
ke belakang. Lah, belakangku teman laki-lakiku semua.
“Iya, kamu yang baru aja menoleh itu”
Ohhh, aku ternyata.
Komentar
Posting Komentar