Mengingat dulunya aku
adalah seorang anak yang introvert. Aku tak tahu dan tak mau tahu harus
bercerita kepada siapa. Curhat dengan ibuku? Itu rasanya tak mungkin. Terbayang
wajah beliau yang menunjukkan sisi kegembiraan plus sisi ‘aneh-aneh saja’ saat
aku mulai cerita. Dan terbayang pula aku akan disindirnya, walau tak sebegitu
sadis seperti sinetron-sinetron itu. Bercerita dengan ayahku? Ah, itu juga
nggak mungkin. Masak mau mendengarkan cerita absurd yang hanya dialami oleh
anak ababil sepertiku. Kalau bicara dengan kakak laki-lakiku itu juga tak
mungkin. Ini terlalu privasi. Bisa di damprat habis-habisan aku. Atau gak
disuruh belajar aja, atau enggak menyapu oh iya suruh masak. Dan parahnya itu
semua khayalanku, ahaha. Karena jarang-jarang memegang panci. Apalagi
menggoreng ikan lalu letupan minyak goreng mengenai wajahku. Bisa-bisa satu
rumah heboh mendengarkan teriakan ku yang menggelegar plus cempreng itu.
Yap, manusia di rumah yang
belum ku sebut selain diriku adalah adikku. Lah, adikku tau apa dengan masalah
yang menimpaku. Meski jarak umur aku dan adikku tak terlalu jauh. Masa aku
cerita sama adikku. Wah akibatnya bakalan rumit bin ruwet. Kalau sudah
bertengkar, beeehhh efeknya bakal dahsyat. Aib ku akan di orasikan di atas
kasur sambil memegang sisir sebagai ganti toa. Benar-benar parah. Orator gagal
seleksi. Orang rumah pasti tahu semua. Jangankan orang rumah, tetangga sebelah
pun tahu kalau aku dan adikku sedang meluncurkan agresi. Ini nih akibatnya.
Bakalan ruwet. Malu ku bakalan tumpeh-tumpeh karena terlalu banyak yang tak
bisa ku tampung.
Akhirnya ku temukan solusi
paling efektif. Yaitu menulis. Menulis apa saja yang mau aku tulis. Bebas.
Sebebas bebasnya. Aku seperti menemukan sahabat baruku, yaitu pena dan buku.
Kemarin, baru saja ku tamatkan membaca catatan harianku. Yap, membaca
sendirian. Kalau ketahuan adikku, aku tak tahu harus menaruh wajahku dimana
lagi. Aku benar-benar heran. Darimana aku mendapat ilham kata-kata yang aneh,
sebegitu lucu, sampai yang benar-benar jengkel. Aku malah ngakak sendirian tapi
nggak sampai guling-guling. Itu terrlalu alay. Udah dulu ya, aku mau nulis
catatan harianku lagi :D
Yogyakarta,
6 Ramadhan 1436 H/ 23 Juni 2015
Komentar
Posting Komentar