“Ya, tya bangun. Ayo bangun” Kata Tutu, temanku yang
duduk di sampingku. Tutu terus mengguncang-guncangkan badanku. Aku malas sekali
untuk bangun pagi ini. Badanku masih pegal semua. Sesaat kemudian, Tutu tidak
mengguncang-guncangkan tubuhku lagi. Mungkin ia terlampau kesal untuk
membangunkanku.
Walaupun
mataku masih terpejam, aku masih bisa mendengarkan suasana dalam bus. Aku
mendengar temanku lewat di sampingku. Ramai. Namun, kali ini suasana bus sepi.
Aku penasaran. Perlahan-lahan ku buka mataku. Benar, tak ada seorangpun yang
menemaniku di dalam bus. Ini gila, aku ditinggal dalam bus. Sendirian pula.
Benar-benar tega. Aku langsung turun dari bus.
Kali ini,
aku benar-benar tak percaya. Aku mencubit pipiku sendiri. Sakit, ini bukan
mimpi. Ini bukan mimpi. Bus sudah sampai di Tanah Lot. Tujuan pertama wisata
kami di Pulau Bali. Suasana masih gelap, namun tak segelap saat bus berhenti di
depan masjid. Aku kembali bersemangat. Suasana pagi ini begitu menyenangkan.
Secepat
mungkin aku berlari untuk menyusul teman-temanku yang sudah beberapa menit lalu
mendahuluiku. Lumayan, olahraga lari di Pulau Bali. Ternyata, sudah banyak
orang yang mengunjungi Tanah Lot walaupun hari masih pagi. Ombak berdebur yang
berirama. Pulau di tengah pantai yang memukau begitu sinar matahari menyinari
perlahan. Arah sebelah timur, baru saja matahari menampakkan dirinya. Kemilau
warna oranye, kuning, lalu biru tersusun begitu indah. Aku bersyukur dapat
menikmati sunrise di Tanah Lot.
Kulihat
teman akrabku sedang berfoto ria. Kemudian aku menghampiri mereka. “Udah bangun
set?” Tanya temanku sambil tertawa. Kelihatannya sih, sedang mengejekku. “Udah,
hehe. Di bus cuma ada aku. Lalu aku nyusul kalian” Jawabku sambil tersenyum
namun agak malu.
Aku dan
temanku berfoto ria dengan background pulau yang berada di tengah pantai.
Sunrise tak luput untuk diabadikan. Aku benar-benar bahagia. Pantai adalah
tempat yang paling aku senangi. Deburan ombak, cipratan air, udara pantai
semuanya aku suka. Entah, sejak kapan. Kalian tahu? Jarak antara laut dan
langit terlihat satu garis lurus saja dari bibir pantai. Aku benar-benar
menyukai pantai.
Sunrise,
adalah peristiwa yang wajib aku lihat ketika pagi menjelang. Ketika hari libur
tiba, aku betah untuk berlama-lama memandangi sunrise. Pemandangan yang begitu
meneduhkan. Saat pantai dan sunrise kulihat dalam satu waktu, ini benar-benar
pengalaman yang indah. Apalagi aku melihat bersama teman-teman yang kocak,
gila, dan aneh. Hehe, semua itu ada yang tidak benar.
“Byuurrrr”
“Aaaaaaaa.
Apa-apaan ini. Awas kau Dev” Aku kesal lalu tertawa mengejar Devi untuk
membalaskan dendamku. Kaos hitamku, kerudung hitamku basah kuyup. Aku duduk
menyendiri di bibir pantai. Menikmati sunrise dan deburan ombak. Tiba-tiba
seember air pantai yang asin mengguyur tubuhku.
Akhirnya,
Devi juga basah kuyup. Lalu, kami tertawa bersama. Timbullah akalku. Incaran
kami yaitu baju kering. Siapapun itu akan ku guyur air pantai.
“Eh foto yuk. Sayang untuk dilewatkan. Basah kuyup di
Tanah Lot”
Kami
bersepuluh lalu melompat dan chissssss. Kamera menangkap gambar. Kami tertawa
terkekeh bersama ketika melihat foto. Ada momen ketika aku menyendiri. Ada foto
saat Devi dari belakang berjalan perlahan-lahan mendekatiku membawa seember
air. Dan ini yang paling gokil. Raut mukaku yang aneh ketika air dalam ember
sudah habis menyiram tubuhku.
“Halooo.
Selamat pagi”
Suara
yang sudah tidak asing lagi bagiku. Aku membuka mata. Aku terbelalak tak
percaya. Aku menengok jam. Jam delapan pagi WITA. Bus berada di parkiran Wisata
Tanah Lot. Semua teman-temanku langsung turun dari bus. Jadi, aku tadi hanya
mimpi melihat sunrise di Tanah Lot? Ah, sudahlah.
Komentar
Posting Komentar