Aku
terbangun dari tidur lelapku setelah suasana di dalam bus semakin ramai. Dengan
mata setengah terbuka aku menengok keadaan sekitarku. Temanku yang ada di dalam
bus kini hanya tinggal beberapa orang. Aku menengok keluar. Masjid. Iya, pagi
buta ini bus kami berhenti di depan masjid di tepi jalan raya. Segera kuambil
mukena dalam tasku lalu keluar dari bus. Brrrr, hawa dingin pagi ini semakin
merasuk kulit lalu menembus tulangku. Membuatku semakin yakin tak akan lama
berpisah dengan jaketku.
...
Setelah selesai menunaikan Shalat Shubuh, aku kembali
dalam bus. Dengan gerakan secepat kilat selimut berwarna biru ini telah
menutupi tubuhku, kecuali wajah. Mesin bus sejak beberapa menit yang lalu
dinyalakan. Namun, pak sopir enggan menginjak tuas gas. Rupanya, pak sopir
menunggu penumpangnya lengkap terlebih dahulu.
“Good morning!!! Ya, kita telah sampai
di Pulau Bali. Sudah shalat Shubuh semua kan?” Ketua biro perjalanan kami mulai
menyambut ketika kami tiba di Pulau Bali. Tak ada jawaban sama sekali. Yakin,
ini bus benar-benar sepi. Seperti tak ada penumpang sama sekali. Aku heran.
Lalu, aku menengok kursi bagian belakang. Plakkk. Semua temanku sudah nyaman
dengan posisi masing-masing. Mata terpejam mengenakan jaket dan berselimutkan selimut
biru. Oh, pantes. Ini sambutan benar-benar garing. Lalu aku bersuara. “Krik
krik krik”. Agar suasana lebih mendukung, hahaha.
“Tujuan kita pagi ini adalah Tanah
Lot” Beliau langsung menengok jam yang menempel pada tangan kirinya.
“Ada yang sudah pernah ke Tanah Lot?”
Suasana di dalam bus masih sama. Sepi. Tak ada jawaban sepatah kata pun dari
kami.
“Pastinya ada yang sudah pernah
berkunjung. Sekarang masih 4 lebih tiga puluh menit. Rencana kami, kami akan
membawa kalian ke Tanah Lot untuk melihat sunrise.”
Begitu mendengar kata sunrise, aku terbangun.
Pemandangan yang indah langsung terbayang dalam otakku. Ah, ini pasti sunrise
terindah yang aku lihat.
“Kita
bisa mengejar sunrise kan pak sopir?” Tanya beliau. Sementara itu, kulihat pak
sopir hanya mengangguk pelan.
“Kalian
pasti masih capek kan setelah perjalanan seharian kemarin” Krik krik, tetap tak
ada jawaban apapun dari kami.
“Ya,
ibu maklum dengan badan kalian yang lelah. Sudah, ini saja pemberitahuan dari
Ibu. Kalau ada pertanyaan silahkan tanyakan kepada Ibu” Krik krik, suasana bus
masih sama, sepi.
Rasa
ngantuk kini semakin hebat. Menjalar dari mata lalu ke tangan dan kaki. Sudah,
aku tidak kuat lagi. Ku tengok samping kananku. Temanku sudah tertidur pulas.
Yeay, sekarang aku akan menyusulmu kawan. Menyelami lautan mimpi-mimpiku. Lalu,
aku tak ingat lagi. Segalanya gelap ketika kupejamkan mataku.
“Halooo...”
Sepatah
kata itu benar-benar menyebalkan. Aku terbangun dari tidurku. Kurasakan badanku
sakit semua. Aku seperti habis lari mengelilingi lapangan bola sepuluh kali
setelah berbulan-bulan tidak olahraga lari. Sakit semua.
“Sepuluh
menit lagi kita akan sampai di Tanah Lot”
Aku
mulai membuka mataku sedikit demi sedikit. Nah, kalau ada penggaris aku akan
mengukur lebar mataku yang terbuka. Yakin, hanya satu milimeter lebarnya.
Hoammm, pagi ini masih gelap. Sinar matahari belum menembus bumi bagian Pulau
Bali. Aku semakin yakin. Akan kulanjutkan tidurku. Harus harus.
“Jangan
tidur terus dong. Sia-sia kami membawa ke Tanah Lot untuk melihat sunrise. Ayo,
buka mata kalian. Lihat, sebelah timur. Ini benar-benar indah” Krik krik krik,
suasana bus masih sepi.
Komentar
Posting Komentar