Hari ini, tanggal 28 Mei 2015. Beberapa hari lagi sudah
memasuki Bulan Juni. Apa artinya? Kenaikan kelas sudah di depan mata. Sementara
ini, aku sudah menempuh empat hari Ulangan Kenaikan Kelas dan 8 mata pelajaran.
Pagi ini kami, kelas XI benar-benar shock berat. Bukan karena pulang pagi,
bukan. Pulang pagi bagi kami, anak putih abu-abu yang spesial adalah mitos.
Iya, mitos. Mata pelajaran yang diujikan untuk pukul 07.30-09.30 WIB adalah
Kimia Fisika. Suatu momok bagi kelas XI. Sebentar, aku tak mau menganggap
sebuah mata pelajaran itu sulit, sulit dipahamilah, hantulah aku tak mau.
Nanti, kalau fikiran negatif itu sedikit demi sedikit menjadi monster mental
bagaimana? Yang jelas, aku tak mau itu terjadi padaku. Fokus, cintai
pelajarannya, pahami dengan hati gembira semua rumus. Iya, rumus yang banyak.
Aku lupa menghitung jumlahnya.
Aku tersenyum ketika melihat soal nomor satu hingga
sepuluh. Ini pelajaran paling awal dan mudah. Aku terus membaca soal dari nomor
sebelas hingga tiga puluh. Aku membelalak tak percaya. Rumus yang tadi pagi ku
hafalkan hilang entah kemana. Sejurus kemudian ku coba mengingat lalu ku
masukkan angka ke dalam rumus dan alhasil tak ada jawaban yang sama dengan
perhitunganku. Aku menarik nafas dalam-dalam. Remidi sudah di depan mata,
begitu kata temanku.
Ada pemandangan menarik seusai bel
tanda waktu habis telah berbunyi. Muka lesu, kesal, kecewa, bahkan yang lemas
pun ada. Entah, aku termasuk bagian yang mana. Begitu keluar kelas, langsung ku
buka buku Pkn. Mata pelajaran yang akan diujikan selanjutnya. Salah seorang
temanku langsung merebahkan diri di lantai lalu dengan santainya lalu berusaha
memejamkan mata. Berganti posisi tidur, miring ke kanan miring ke kiri.
Pokoknya berusaha mencari posisi yang paling pas. Ada yang langsung menghafal
materi, membaca materi dengan penuh takzim, dan memegangi kepala sambil
melamun. Pemandangan ironis memang.
Mata pelajaran yang ‘dijodohkan’ hari
ini benar-benar serasi. Materi banyak. Apalagi, untuk pelajaran Kimia Fisika
aku tak mengikuti selama 2 kali pertemuan. Bayangan abstrak sudah membayangiku
setiap menyentuh sampul buku sekalipun. Adakah yang mau menjelaskan kepadaku
lebih detail lagi??? *denganmukamemelas
...
“Besok
aku mau jadi guru Kimia Fisika kok” ucap temanku yang satu ini.
“Loh,
kenapa” Aku heran.
“Biar
semua siswaku tahu bagaimana sulitnya pelajaran ini. Aku mau balas dendam”
Lalu
tawa renyah meledak. Hahahhahahaha. Aku tak menyangka pandangan kedepan temanku
yang satu ini. Cerdas namun menggelitik.
Siang ini pukul 14.00. Suasana
sekolahku mulai sepi. Tidak seperti hari-hari biasanya. Biasanya sekolahku
mulai sepi pukul 18.00. Iya, menjelang malam. Kami memiliki banyak waktu luang
saat suasana ujian. Pulang pukul 12.00 (bagi yang langsung pulang), tidak ada
PR, tidak ada tugas untuk presentasi, tidak ada praktikum, dan tentunya tidak
ada laporan.
Entah kenapa aku merindukan suasana
seperti itu. Aku sekarang baru sadar. Duduk di bangku kelas sebelas memang
posisi yang paling nyaman. Kalau kelas sepuluh, menurutku masih berada pada
masa adaptasi. Adaptasi lingkungan dan tentunya adaptasi pelajaran kejuruan
yang tidak pernah dibayangkan sewaktu duduk di putih biru. Kelas dua belas? Disibukkan
dengan PKL, TPM, dan Ujian Kompetensi. Duduk dibangku kelas dua belas yang
tidak genap satu tahun. Ya, cuma sembilan bulan. Saatnya sadar akan kedepannya
seperti apa.
~Ngomong-ngomong,
aku menulis apa sih?
Komentar
Posting Komentar